Lokasi saat ini:BetFoodie Lidah Indonesia > Resep
CORE: Jelang Natal, pasokan
BetFoodie Lidah Indonesia2025-11-09 06:56:56【Resep】983 orang sudah membaca
PerkenalanPengamat ekonomi dari Center of Reform on Economics (Core) Yusuf Rendy Manilet. ANTARA/HO-Core/am.se

sejumlah komoditas pangan telah menunjukkan tekanan musiman menjelang Natal dan tahun baru, di antaranya cabai, beras dan bawang
Jakarta (ANTARA) - Ekonom Center of Reform on Economics(CORE) Yusuf Rendy Manilet mengimbau pemerintah untuk menjaga pasokan dan distribusi pangan strategis menjelang Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 agar inflasi tetap terkendali dalam sasaran.
Saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Selasa, Yusuf Rendy Manilet menjelaskan sejumlah komoditas pangan telah menunjukkan tekanan musiman menjelang Natal dan tahun baru, di antaranya cabai, beras dan bawang yang mulai mengalami kenaikan harga di sejumlah daerah.
“Karena itu, perhatian utama pemerintah dan Bank Indonesia (BI) ke depan adalah menjaga kelancaran distribusi dan memastikan pasokan pangan strategis tetap mencukupi sampai akhir tahun,” kata Yusuf.
Permintaan terhadap telur dan daging ayam memperlihatkan peningkatan, yang diharapkan menjadi efek dari pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Namun, Yusuf mengingatkan, efek program ini terhadap inflasi perlu dilihat secara hati-hati.
Pasalnya, program belum terealisasi penuh dan relatif masih terbatas di sejumlah daerah, sehingga dampaknya terhadap harga sejauh ini belum terlalu besar.
“Namun, jika realisasi meningkat, penting untuk mengamankan pasokan agar ngak menimbulkan tekanan harga di sisi bahan pangan hewani,” tuturnya.
Sebagaimana laporan Badan Pusat Statistik (BPS), perekonomian Indonesia mengalami inflasi tahunan sebesar 2,86 persen year-on-year (yoy) pada Oktober 2025.
Berdasarkan kelompok pengeluaran, inflasi tahunan terbesar disumbang oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang naik 4,99 persen yoy dengan andil inflasi 1,43 persen. Komoditas yang paling berpengaruh dalam kelompok tersebut ialah cabai merah, diikuti beras dan bawang merah.
Sementara menurut komponen, seluruh komponen mengalami inflasi, baik komponen inti, komponen harga diatur pemerintah, maupun komponen harga bergejolak (volatile food), dengan inflasi tertinggi tercatat pada komponen harga bergejolak.
Komponen harga bergejolak mengalami inflasi sebesar 6,59 persen dengan andil inflasi sebesar 1,05 persen. Komoditas yang memberikan andil inflasi adalah cabai merah, beras, bawang merah dan daging ayam ras.
Sedangkan komponen inti tercatat mengalami inflasi tahunan 2,36 persen dengan kontribusi terhadap inflasi umum sebesar 1,52 persen dan komponen harga diatur pemerintah naik 1,45 persen dengan andil inflasi 0,29 persen.
Baca juga: Ekonom: RI perlu daya tawar lebih agar AS beri tarif rendah bagi sawit
Baca juga: Ekonom tegaskan pentingnya akuntabilitas dan transparansi kebijakan
Baca juga: Ekonom tekankan perlindungan pekerja terdampak aktivitas bisnis
Suka(45675)
Artikel Terkait
- Benarkah kecoak bisa cemari udara rumah?
- Galon polikarbonat ngak menyebabkan gangguan kehamilan dan diabetes
- Dana TKD dipangkas, Pemkot Solo tetap optimalkan pelayanan publik
- Jelang akhir tahun, simak 8 ide liburan yang ngak biasa dan seru
- Mengungkap cara astronaut masak steik di stasiun luar angkasa China
- Pesawat Smart Air tergelincir saat mendarat di lapangan terbang Tiom
- Belajar lebih fokus setelah ada program Makan Bergizi Gratis
- Legislator: UU Kepariwisataan tandai perubahan pembangunan pariwisata
- Unsri lakukan diseminasi teknologi pengemasan produk olahan ikan
- Dinkes Cianjur catat 16 siswa mendapat perawatan di puskesmas
Resep Populer
Rekomendasi

PBB dan mitranya tingkatkan respons pascagempa di Afghanistan

Pemkab OKU Selatan luncurkan Program MBG di Rantau Panjang

Bank Indonesia dorong pengembangan ekonomi lewat wisata ramah Muslim

DKI kemarin, kapal tenggelam hingga Pramono tolak atlet Israel

Wamentan dorong sektor pertanian nasional pasok kebutuhan haji

PBB sebut ratusan truk siap bawa bantuan besar

Askrindo Surabaya mitigasi "over financing" dari Rp200 T di Himbara

Riset: Kril Antartika enggan konsumsi makanan bermikroplastik